Sedekah

Cermati Kondisi Kaum Duafa Agar Manfaat Infak Kita Tersalurkan dengan Tepat

Berinfak menjadi salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam ajaran agama Islam. Bukan tanpa alasan, pasalnya infak adalah cara kita untuk bertanggung jawab terhadap rezeki berlebih yang Allah amanahkan pada kita. Kelebihan dari rezeki yang kita miliki sejatinya merupakan milik orang lain yang hidupnya amat membutuhkan bantuan kita. Meski pun demikian, tidak semua orang yang terlihat lemah benar-benar membutuhkan bantuan kita. Bagaimana tidak? Orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri mereka sejatinya benar-benar mereka yang sama sekali tak memiliki kemampuan tersebut.

Umat Islam harus dapat membedakannya. Jangan sampai terkecoh dengan penampilan sementara infak kita jadi salah sasaran. Kaum yang lemah dan miskin adalah seperti mereka yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu hadist. Sebagaimana beliau pernah berfirman yang berbunyi sebagai berikut ini,

Bukanlah disebut miskin orang yang bisa diatasi dengan satu atau dua suap makanan. Akan tetapi yang disebut miskin adalah orang yang tidak memiliki kecukupan namun dia menahan diri (malu) atau orang yang tidak meminta-minta secara mendesak.” (Shahih Bukhari 1382)

Hadist di atas menjelaskan tentang kondisi seseorang yang benar-benar dianggap miskin. Menurut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang fakir dan miskin adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki kecukupan, namun berusaha sekuat tenaga menghindari diri dari perilaku meminta-minta. Ya, mereka biasanya memiliki rasa malu yang amat tinggi dalam melakukan hal tersebut meski pun hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Rasa malu ini berbeda dengan rasa gengsi. Mereka menahan diri dari meminta-minta karena memahami cara menjaga harga diri mereka.

Biasanya, mereka berkenan menerima infak kita jika kita menawarkan pekerjaan. Hal ini menandakan bahwa mereka tidak menginginkan rezeki secara gratis. Kaum fakir miskin yang sebenarnya memahami keutamaan dari hal ini. Sebaliknya, orang-orang yang terlihat lemah namun masih bisa menyantap satu atau dua suap makanan dalam mulutnya tidak termasuk dalam kategori fakir miskin. Ini merupakan tanda bahwa sejatinya mereka masih mampu memenuhi kebutuhan pokok meski tidak memiliki kelebihan dari hal tersebut. Maka dari itu, umat Islam dianjurkan untuk dapat mencermati kondisi orang-orang yang lebih berhak menerima infak kita agar manfaatnya tersalurkan dengan tepat.

Related Articles

Back to top button