Keutamaan Berteman dengan Orang Saleh

Pada sesama umat Islam dianjurkan untuk tidak membeda-bedakan satu sama lainnya. Entah mereka dari kalangan kaya atau miskin, kita wajib menghormati satu sama lain. Namun, Islam mengingatkan kita untuk selalu memilih jalan yang tepat. Bukan tanpa alasan, pasalnya hal tersebut kelak mampu memengaruhi cara kita memandang serta menjalani kehidupan.
Maka dari itu, dalam membina hubungan antar sesama umat Islam disarankan untuk memperbanyak kenalan yang saleh. Hal ini sejatinya berkenaan dengan salah satu anjuran yang sering diutarakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dalam suatu hadist diketahui bahwasanya beliau pernah bersabda yang berbunyi sebagai berikut ini,
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
Hadist di atas menjelaskan tentang perbandingan hubungan sesama yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam antara berkawan dengan seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi meski kita tidak membelinya tentu saja akan selalu ikut mendapati aroma menyenangkan dari minyak wangi yang dijualnya.
Sebaliknya, berteman dengan seorang pandai besi juga memungkinkan kita untuk mendapati aroma hangus terbakar pada pakaian kita. Perumpamaan ini sejatinya tidak ditujukan untuk memandang sebelah mata sebuah pekerjaan melainkan dampak yang mungkin ditinggalkan dari sebuah hubungan. Hubungan yang dibina bersama orang saleh ibarat berdekatan dengan penjual minyak wangi.
Kita memiliki kesempatan untuk selalu berada di jalan yang sesuai syariat agama Islam. Orang saleh mampu memberikan dampak baik pada kehidupan kita terutama dalam menjaga ketakwaan pada Allah Ta’ala. Sebaliknya, hubungan yang dibina bersama orang gemar maksiat ibarat berdekatan dengan pandai besi. Tak hanya sekedar meninggalkan aroma tak sedap saja, orang yang gemar berbuat maksiat laksana cerminan dari godaan syetan.
Membina hubungan dengan mereka hanya akan mempermudah kita terjerumus dalam dosa. Hal ini tentu saja menjadi alasan utama bagi seseorang luruhnya keimanan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah sejatinya manfaat yang bisa kita raih dari memilah dan memilih rekan. Tujuannya bukan untuk membedakan seseorang melainkan untuk dapat bersama-sama meraih Jannah Allah.