Tak Sekedar Memimpin, Ini Tugas Imam dalam Shalat Berjamaah

Bukti bahwa Islam adalah ‘rahmatan lil ‘alamin’ adalah nyata. Agama yang dianggap sebagai kasih sayang bagi alam semesta ini menyimpan berbagai ajaran dan aturan yang ditujukan untuk memudahkan umatnya. Islam mewajibkan kita shalat fardu sebanyak lima waktu. Tujuannya bukan sekedar menunaikan kewajiban semata tapi juga cara terbaik untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk padatnya kesibukan sehari-hari. Dengan menunaikan shalat, seorang Mukmin berkesempatan untuk merasa semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukti Islam sebagai wujud kasih sayang bagi alam semesta juga terlihat dari cara pengerjaan shalat. Umat Islam diperbolehkan melakukan shalat sesuai dengan kemampuannya. Ada yang secara munfarid (sendiri) ada pula yang berjamaah.
Meski secara berjamaah, kaum Muslimin dan Muslimat juga berhak memeroleh kemudahan dalam pelaksanaannya. Hal ini sebagaimana diketahui dari Abu Al Mas’ud Al Anshari, ia berkata,
“Seorang lelaki berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat (berjama’ah) karena si fulan memanjangkan bacaannya.’ Aku belum pernah melihat Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sangat marah pada waktu mengajar seperti marahnya pada hari itu, lalu beliau bersabda, ‘Wahai manusia, sungguh kalian membuat orang lari, maka barang siapa yang shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena di antara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang mempunyai keperluan.’” (Shahih Bukhari: Hadis ke 88)
Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu bukti dari kasih sayang Islam bagi alam semesta. Kasih sayang tersebut selalu tercurah pada kaum Muslimin dan Muslimat yang senantiasa menegakkan shalat secara berjamaah. Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menyampaikan bahwa hendaknya shalat yang dilakukan secara berjamaah harus dapat memberikan keringanan bagi para jamaah. Dalam hal ini, imam memegang kendali utama terhadap tanggung jawab tersebut. Bukan tanpa sebab, pasalnya kondisi jamaah tidaklah sama. Ada yang sehat tapi ada juga yang sakit. Ada yang lemah, ada pula yang kuat. Bahkan, ada pula jamaah yang mungkin memiliki banyak urusan sehingga harus segera kembali menunaikan tanggung jawab.
Terhadap kondisi jamaah ini, seorang imam harus dapat memakluminya dengan senantiasa meringankan pengerjaan shalat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memilih bacaan shalat yang sederhana. Bukan tanpa sebab, pasalnya panjang pendeknya suatu bacaan atau surat dalam shalat tidak memengaruhi pahala yang akan diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hamba-Nya. Sebaliknya, bacaan yang terlalu panjang justru dapat membuat jamaah tidak nyaman dan pada akhirnya mampu memecah konsentrasi mereka. Shalat yang diniatkan semata-mata pada Allah dan senantiasa dilakukan dengan menundukkan hati lagi merendahkan diri di hadapan-Nya adalah shalat yang dicintai oleh Allah meski pun bacaannya sederhana. Maka dari itu, penting sekali bagi kita untuk dapat memerhatikan bentuk kasih sayang Islam yang satu ini agar seluruh umat dapat merasakannya.