Stop Kekerasan dalam Berpendapat untuk Hindari Murka Ilahi

Perbedaan pendapat mungkin menjadi hal lumrah yang sering terjadi. Bagaimana tidak? Meski sejatinya kita sama-sama manusia, jalan pikiran yang sesuai dengan diri kita tidak selalu sama. Bahkan, anggota dalam keluarga saja bisa memiliki pendapat yang berbeda. Hal ini sering dipengaruhi oleh usia, kebiasaan, hingga ruang lingkup pertemanan. Meski hal ini tergolong biasa, namun kita tetap perlu memerhatikan cara dalam memenangkan pendapat kita. Bukan tanpa sebab, pasalnya mempertahankan pendapat yang dilakukan hingga menuai perselisihan dapat menjadi alasan datangnya murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Sesungguhnya orang yang paling dimurkai Allah adalah orang paling keras (gemar) dalam berbantah-bantahan.” (Shahih Bukhari 2277)
Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu hal yang jarang disadari menjadi sebab dari turunnya murka Allah. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci orang-orang yang sangat keras dalam berbantah-bantahan. Hal ini memiliki arti bahwa Allah tidak menyukai hubungan manusia yang terindikasi adanya perselisihan dan kekerasan. Kondisi ini sering sekali terjadi tatkala manusia tengah mengemukakan pendapat. Demi mempertahankan jalan pikirannya, banyak di antara manusia yang menggunakan kekerasan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Kekerasan tersebut ditandai dari nada suara yang cenderung tinggi ketika mempertahankan pendapatnya. Tak hanya itu, kekerasan juga terjadi ketika seseorang mati-matian mempertahankan pendapatnya sementara hal tersebut sangat merugikan orang lain. Orang-orang seperti ini adalah alasan utama dari datangnya murka Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan tanpa alasan, pasalnya Islam adalah agama yang indah dan memuliakan kedamaian. Dalam berpendapat ada aturan yang harus diterapkan. Meski tidak dapat menerima masukan yang ada, seorang Mukmin diwajibkan untuk menghargai pendapat sesama.
Tak hanya itu, jika diperlukan hendaknya dalam berpendapat kita juga wajib menghadirkan solusi yang dapat berguna menjadi bahan pertimbangan bagi kebaikan sesama. Solusi adalah pencapaian terakhir yang dianggap sebagai pemecah masalah dengan minim risiko. Semoga, dengan cara ini diharapkan bahwa kekerasan akibat perbedaan pendapat bisa dihindari. Bahkan, bukan tidak mungkin bahwa cara berkomunikasi ini dapat menghadirkan kebaikan bagi sesama atau meminimalisir terjadinya kerugian. Dengan demikian, setiap pendapat telah menerima haknya untuk didengar. Tugas akhir kita bersama adalah memutuskan mana pemikiran yang benar-benar mendatangkan manfaat bagi banyak orang.