Keutamaan Melibatkan Hati Tatkala Melakukan Perbuatan Amal

Setiap amalan yang kita lakukan tentu saja mengharapkan balasan berupa pahala yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Entah itu perkara ibadah sunnah maupun sedekah, keduanya berhak mendapatkan timbal balik yang pantas. Namun, perlu diketahui bahwasanya ‘kepantasan’ dalam hal ini bernilai sebagai sebuah syarat. Tepat sekali, amalan apa pun yang dilakukan sejatinya membutuhkan peran hati yang menyuburkan keikhlasan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan,
“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya.” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208)
Hal di atas menjelaskan bahwasanya segala perkara yang kita lakukan memiliki keterpautan dengan kinerja hati. Hati hendaknya harus dipenuhi dengan ketulusan dan keikhlasan. Tanpa dua hal tersebut, amalan tidak akan mendatangkan arti apa-apa. Perkara serupa juga didukung oleh penjelasan dari Abdullah bin Mubaarak,
“Boleh jadi amalan kecil, namun pahalanya menjadi besar karena faktor niat (keikhlasan). Dan bisa jadi amalan besar menjadi kecil nilai pahalanya disebabkan oleh niat.”
Tepat sekali, segala ibadah sunnah maupun sedekah hendaknya dilakukan dengan niat yang murni karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pengharapan atas Allah-lah yang sejatinya membuat semua hal yang kita lakukan mampu mendatangkan balasan yang besar. Tentu, tidak ada hal yang kita kerjakan menjadi sia-sia belaka. Maka dari itu, penting bagi kita untuk senantiasa memurnikan niat semata-mata karena Allah Ta’ala. Pahala bukanlah datang karena besar kecilnya amalan.
Niat yang tertanam dalam hati seseorang bekerja lebih dalam dari apa yang kita perkirakan. Begitulah sejatinya fungsi dari hati yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Amalan yang menyangkut-pautkan keikhlasan hati akan berpeluang lebih diterima ketimbang amalan yang melibatkan anggota badan tanpa ketulusan. Tak peduli besar kecilnya perbuatan, selama keikhlasan menjadi pondasi utama maka pahala yang diterima mungkin saja lebih besar dari pada yang kita harapkan.