Islam dan Iman

Keutamaan Ibadah Haji, Jika Meninggal Akan Dibangkitkan dalam Keadaan Bertalbiyah

Umat Islam yang tergolong mampu berkewajiban menunaikan haji. Bagaimana tidak? Untuk melaksanakan ibadah ini, kaum Muslimin dan Muslimat membutuhkan kemampuan yang mencakup berbagai hal terutama materi. Kondisi fisik dan mental juga harus dipersiapkan. Tujuannya adalah agar kewajiban haji dapat dilakukan dengan mencapai mabrur sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa menerima pemenuhan panggilan-Nya tersebut. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan ini dapat menghasilkan berbagai keutamaan yang sayang jika dilewatkan. Salah satu keutamaan yang bisa kita peroleh adalah kelak di hari Kiamat akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.

Hal ini sebagaimana diketahui dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu ia bercerita, bahwasanya suatu saat ketika sedang (wukuf) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Arafah, seseorang tiba-tiba terjatuh dari kendaraannya, lalu membuat lehernya patah, kemudian meninggal dunia. Melihat kejadian tersebut lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan,

Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, kafankanlah pada dua lapis. Jangan berikan obat pengawet dan jangan tutup kepalanya karena Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ibnu Khuzaimah

Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu keutamaan menunaikan ibadah haji. Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan bahwa siapa saja yang menunaikan ibadah haji lantas ia menemukan ajal di sana, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan keutamaan berupa dibangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah. Talbiyah sendiri adalah ungkapan penegasan oleh umat Islam yang berhaji sebagai bentuk pemenuhan terhadap panggilan Allah pada hamba-Nya untuk beribadah ke Baitullah. Talbiyah biasanya diucapkan sejak jemaah haji telah mengucapkan niat atau ihram dari miqat.

Lafadz kalimat talbiyah sendiri berbunyi Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka wal-mulk, la syarika lak’ dan memiliki arti “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan (juga milik-Mu).” Sementara itu, demi mendapatkan keutamaan ibadah haji ini hendaknya umat Islam harus senantiasa berusaha keras dalam memelihara lisan dari perkataan keji dan juga perbuatan dari perkara dosa dan maksiat.

Related Articles

Back to top button