Keutamaan Ibadah Haji Jaminan Masuk Surga Tanpa Hisab

Ibadah haji nyatanya juga diyakini sebagai salah satu wujud ketaatan seorang hamba pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana tidak? Meski sejatinya bagian dari kewajiban umat Islam yang tergolong mampu, haji sendiri bukanlah ibadah yang tergolong mudah untuk dilakukan. Tentu saja, terdapat banyak hal yang perlu dipersiapkan sekaligus dikorbankan. Selain persiapan fisik dan mental, materi juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Bukan tanpa alasan, pasalnya ibadah haji memang membutuhkan biaya yang tergolong besar terutama bagi kaum Muslimin yang penghasilannya tidak besar.
Meski pun demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala sejatinya tidak pernah tinggal diam. Demi menghargai upaya hamba-Nya untuk memenuhi panggilan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersiapkan keutamaan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji. Salah satu di antara keutamaan tersebut adalah jaminan Surga tanpa proses hisab. Hal ini sebagaimana diketahui dari Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha yang berkata bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa saja yang keluar berhaji atau umrah melalui jalan ini, lalu meninggal di dalamnya, niscaya ia tidak ditampakkan dan tidak dihisab, lalu dikatakan kepadanya: Masuklah kamu ke surga. Aisyah radliyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sungguh Allah bangga terhadap orang-orang yang thawaf.” (HR. At-Thabarani, Abu Ya’la, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi)
Hadist di atas menjelaskan tentang salah satu keutamaan ibadah haji. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin Surga tanpa proses hisab bagi hamba-Nya yang menunaikan ibadah haji dengan sungguh-sungguh. Hal ini bahkan semakin utama apa bila jemaah haji tersebut meninggal dunia tatkala ia tengah berjuang menunaikan seluruh rangkaian proses ibadah haji. Allah sudah pasti akan memasukkannya ke Surga tanpa perlu melalui sederet proses perhitungan amal. Meski pun demikian, bukan berarti kita memaksakan diri untuk membuat kondisi tubuh lemah tatkala berhaji dengan tujuan meninggal di Tanah Suci.
Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci hamba-Nya yang tidak menjaga kesehatan lantas dengan sengaja membahayakan dirinya sendiri. Sebaliknya, Allah bangga pada hamba-Nya yang kuat sehingga ia bisa terus beribadah sekaligus menyeimbangkan kehidupan duniawinya. Jangan pernah kita berpikir atau mengharapkan wafat di Tanah Suci. Sesungguhnya hal tersebut dapat menimbulkan dosa karena merupakan bagian dari tindakan mendahului takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, kita harus tetap fokus beribadah dengan tujuan agar Allah menerima ibadah haji kita. Serahkan hidup dan mati kita hanya pada Allah semata. Semoga dengan haji yang mabrur seluruh keutamaan bisa kita dapatkan terutama yang mengandung manfaat syafaat bagi keluarga dan kerabat terdekat.