Kemiskinan, Cara Allah Menguji Orang yang Bertakwa

Keterbatasan baik secara fisik maupun finansial yang dihadapi seseorang hendaknya menjadi tempat bagi mereka untuk dapat meraup pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kunci untuk menggapai hal tersebut sejatinya berada pada diri masing – masing orang. Jika menganggap keterbatasan sebagai penghalang, tentu kita tidak akan pernah dapat mensyukuri setiap nikmat yang Allah beri. Sebaliknya, jika hal tersebut bisa dihadapi dengan kesabaran dan lapang dada tentu mereka termasuk dalam golongan orang yang bertakwa.
Sebagaimana, dalam Al – Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [QS. Al-Baqarah: 177]
Ayat di atas menjelaskan tentang salah satu keutamaan yang dimiliki oleh mereka yang hidup dalam keterbatasan. Bagi siapa saja mengalami hal tersebut dan dapat menghadapinya dengan lapang dada tentu mereka termasuk dalam golongan hamba yang bertakwa. Bagaimana tidak? Kemiskinan dan ketidaksempurnaan bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Namun jika kita dapat tetap berpikir positif pada Allah, tetap beriman dan melaksanakan perintahnya meski hiduo dalam keadaan susah maka ketakwaan telah dengan pasti ada dalam diri kita.
Sebaliknya, jika kita tidak dapat melihat tujuan Allah menurunkan cobaan dalam hidup kita tentu kita tidak akan pernah mampu mengakui nikmat lainnya yang Allah Ta’ala beri. Kemiskinan dan kekurangan adalah salah satu bentuk cobaan tersebut. Dalam hal ini Allah menguji kita dan banyak yang lolos karena kita sungguh menaruh harapan pada Allah sebagai penolong. Yang sangat disayangkan adalah ketika kita diberik kelebihan rejeki. Akibat terlalu cinta dan senang pada harta, ketakwaan kita pada Allah menjadi luntur. Naudzubillah min zalik, semoga kita bukanlah bagian dari orang – orang demikian.